Jumat, 05 Juli 2013

Cerita Sex Dewasa Khusus 17.Tahun Ke Atas

Cerita Seks Sama Polwan Perawan
Cerita Seks Sama Polwan Perawan,
Bripda Handayani, 20 tahun, adalah
seorang anggota Bintara Polwan yang
baru dilantik beberapa bulan yang lalu.
Handayani atau sering dipanggil Yani itu memiliki wajah yang cukup cantik,
berkulit putih dengan bibir yang
merah merekah, tubuhnya kelihatan
agak berisi dan sekal. Orang-orang di
sekitarnya pun menilai wajahnya mirip
dengan artis Desy Ratnasari. Banyak orang menyayangkan dirinya
yang lebih memilih profesi sebagai
seorang polisi wanita daripada menjadi
artis atau seorang foto model.
Maklumlah, dengan penampilannya
yang cantik itu Handayani memiliki modal yang cukup untuk berprofesi
sebagai seorang foto model atau artis
sinetron. Tinggi badannya 168 cm dan ukuran
bra 36B, membuat penampilannya
makin menggairahkan, apalagi ketika
ia mengenakan baju seragam dinas
Polwan dengan baju dan rok seragam
coklatnya yang berukuran ketat sampai-sampai garis celana dalamnya
pun terlihat jelas menembus dan
menghias kedua buah pantatnya yang
sekal. Karena ukuran roknya yang
ketat, sehingga saat ia berjalan
goyangan pantatnya terlihat aduhai. Semua pria yang berpikiran nakal
pastilah ingin mencicipi tubuhnya. Pada suatu malam sehabis lembur,
sekitar jam 10 malam ia berjalan
sendirian meninggalkan kantor untuk
pulang menuju ke mess yang
kebetulan hanya berjarak sekitar 600
meter dari Markas Polda tempatnya berdinas. Dia merasakan badannya
amat lelah akibat seharian kerja
ditambah lembur tadi, sekujur
tubuhnya pun terasa lengket-lengket
karena keringat yang juga membasahi
seragam dinas yang dikenakannya. Dengan berjalan agak lambat, kini
tibalah Handayani pada sebuah jalan
pintas menuju ke mess yang kini
tinggal berjarak 100 meter itu, namun
jalan tersebut agak sunyi dan gelap.
Tiba-tiba tanpa disadarinya, sebuah mobil Kijang berkaca gelap memotong
jalan dan berhenti di depannya. Belum
lagi hilang rasa kagetnya, sekonyong-
konyong keluar seorang pemuda
berbadan kekar dari pintu belakang
dan langsung menyeret Bripda Handayani yang tidak sempat
memberikan perlawanan itu masuk ke
dalam mobil tersebut, dan mobil itu
kemudian langsung tancap gas dalam-
dalam meninggalkan lokasi. Di dalam mobil tersebut ada empat
orang pria. Bripda Handayani diancam
untuk tidak berteriak dan bertindak
macam-macam, sementara mobil terus
melaju dengan cepat. Handayani yang
masih terbengong-bengong pun didudukkan di bagian tengah, diapit 2
orang pria. Sementara mobil melaju,
mereka berusaha meremas-remas
pahanya. Tangan kedua lelaki tersebut
mulai bergantian mengusap-usap
kedua paha mulus Handayani. Naluri polisi Handayani kini bangkit
dan berontak. Namun belum lagi
berbuat banyak, tiba-tiba lelaki yang
duduk di belakangnya memukul
kepala Handayani beberapa kali
hingga akhirnya Handayani pun mengakhiri perlawanannya dan
pingsan. Kedua tangan Bripda Handayani diikat
ke belakang dengan tali tambang
hingga dadanya yang montok dan
masih dilapisi seragam Polwan itu
mencuat ke depan. Sementara itu
selama dalam perjalanan kedua orang pria yang mengapitnya itu
memanfaatkan kesempatan dengan
bernafsu menyingkap rok seragamnya
Handayani sampai sepinggang. Setelah
itu kedua belah kakinya dibentangkan
lebar-labar ke kiri dan kanan sampai akhirnya tangan-tangan nakal kedua
lelaki tersebut dengan leluasa
menyeruak ke dalam celana dalam
Handayani, kemudian dengan
bernafsu mengusap-ngusap kemaluan
Bripda Handayani. Akhirnya sampailah mereka di sebuah
rumah besar yang sudah lama tidak
ditempati di suatu daerah sepi. Mobil
langsung masuk ke dalam dan garasi
langsung ditutup rapat-rapat.
Kemudian Handayani yang masih pingsan itu langsung digotong oleh
dua orang yang tadi mengapitnya
masuk ke dalam rumah tersebut.
Rumah tersebut kelihatan sekali tidak
terawat dan kosong, namun di tengah-
tengahnya terdapat satu sofa besar yang telah lusuh. Ternyata di sana sudah menunggu
kurang lebih sekitar lima orang pria
lagi, jadi total di sana ada sekitar
sembilan orang lelaki. Mereka semua
berperangai sangar, badan mereka
rata-rata dipenuhi oleh tatto dan lusuh tidak terawat, sepertinya mereka
jarang mandi. Bripda Handayani kemudian
didudukkan di sebuah kursi sofa
panjang di antara mereka. Waw betapa cantiknya Polwan ini.”
guman beberapa lelaki yang
menyambut kedatangan rombongan
penculik itu sambil memandangi tubuh
lunglai Handayani. Tiba-tiba salah seorang dari mereka
berujar memerintah, “Jon.., ambilin air..!” Seseorang bernama Joni segera keluar
ruangan dan tidak lama kemudian
masuk dengan seember air. Ini Frans..,” ujar Joni. Frans yang berbadan tegap dan
berambut gondrong itu berdiri dan
menyiramkan air pelan-pelan ke wajah
Bripda Handayani. Beberapa saat kemudian, ketika sadar
Polwan cantik itu terlihat sangat
terkejut melihat suasana di depannya,
Kamu…” katanya seraya menggerakkan
tubuhnya, dan dia sadar kalau
tangannya terikat erat. Kali ini Frans tersenyum, senyum
kemenangan. Mau apa kamu..!” Bripda Handayani
bertanya setengah menghardik kepada
Frans. Jangan macam-macam ya, saya
anggota polisi..!” lanjutnya lagi. Frans hanya tersenyum, “Silakan saja
teriak, nggak bakal ada yang dengar
kok. Ini rumah jauh dari mana-mana.”
kata Frans. Asal tau aja, begitu urusan gue di
Polda waktu itu beres, elo udah jadi
incaran gue nomer satu.” sambungnya. Sadar akan posisinya yang terjepit,
keputusasaan pun mulai terlihat di
wajah Polwan itu, wajahnya yang
cantik sudah mulai terlihat memelas
memohon iba. Namun kebencian di
hati Frans masih belum padam, terlebih-lebih dia masih ingat ketika
Bripda Handayani membekuknya saat
dia beraksi melakukan pencopetan di
dalam sebuah pasar. Namun karena
bukti yang kurang, saat diproses di
Polda Frans pun akhirnya dibebaskan. Hal inilah yang membuat Frans
mendendam dan bertindak nekat
seperti ini. Memang di kalangan dunia kriminal
nama Frans cukup terkenal. Pria yang
berusia 40-an tahun itu sering keluar
masuk penjara lantaran berbagai
tindak kriminal yang telah dibuatnya.
Tindakannya seperti mencopet di pasar, merampok pengusaha,
membunuh sesama penjahat.
Kejahatan terakhir yang belum semat
terlacak oleh polisi yang dia lakukan
beberapa hari yang lalu adalah
merampok dan memperkosa korbannya, yaitu seorang ibu muda
yang berusia sekitar 25 tahun, istri dari
seorang pengusaha muda yang kaya
raya. Ibu itu sendirian di rumahnya
yang besar dan mewah karena
ditinggal suaminya untuk urusan bisnis di Singapura. Ampun Mas, maafkan aku, aku waktu
itu terpaksa bersikap begitu.” katanya
seolah membela diri. Ha.. ha.. ha…” Frans tertawa lepas dan
serentak lelaki yang lainnya pun ikut
tertawa sambil mengejek Bripda
Handayani yang duduk terkulai lemas. Hei Polwan goblok, gue ini kepala
preman sini tau! Elo nangkep gue sama
aja bunuh diri!” ujar Frans sambil
mengelus-elus dagunya. Sekarang elo musti bayar mahal atas
tindakan elo itu, dan gue mau kasih elo
pelajaran supaya elo tau siapa gue.”
sambungnya. Bripda Handayani pun tertunduk lemas
seolah dia menyesali tindakan yang
telah diambilnya dulu, airmatanya pun
mulai berlinang membasahi wajahnya
yang cantik itu. Tiba-tiba, “BUKK..” sebuah pukulan telak
menghantam pipi kanannya, membuat
tubuh Handayani terlontar ke
belakang seraya menjerit. Seorang
lelaki berkepala botak telah menghajar
pipinya, dan “BUKK” sekali lagi sebuah pukulan dari si botak menghantam
perut Handayani dan membuat
badannya meringkuk menahan rasa
sakit di perutnya. Aduh.., ampun Bang.. ampunn..,” ujar
Handayani dengan suara melemah dan
memelas. Frans sambil melepaskan baju yang
dikenakannya berjalan mendekati
Handayani, badannya yang hitam dan
kekar itu semakin terlihat seram
dengan banyaknya tatto yang
menghiasi sekujur badannya. Udah Yon, sekarang gue mau action.”
ujar Frans sambil mendorong Yonas si
kepala Botak yang menghajar
Handayani tadi. Tidak perduli dengan pembelaan diri
Handayani, Frans dengan kasarnya
menyingkapkan rok seragam Polwan
Handayani ke atas hingga kedua paha
mulus Handayani terlihat jelas, juga
celana dalam putihnya. Handayani menatap Frans dengan
ketakutan, “Jangan, jangan Mas…”
ucapnya memelas seakan tahu hal
yang lebih buruk akan menimpa
dirinya. Kemudian, dengan kasar ditariknya
celana dalam Handayani sehingga
bagian bawah tubuh Handayani
telanjang. Kini terlihat gundukan
kemaluan Handayani yang ditumbuhi
bulu-bulu halus yang tidak begitu lebat, sementara itu Handayani
menangis terisak-isak. Para lelaki yang berada di sekitar Frans
itu pun pada terdiam melongo melihat
indahnya kemaluan Polwan itu. Untuk
sementara ini mereka hanya dapat
melihat ketua mereka mengerjai sang
Polwan itu untuk melampiaskan dendamnya. Kini Frans memposisikan
kepalanya tepat di hadapan
selangkangan Handayani yang
nampak mengeliat-geliat ketakutan.
Tanpa membuang waktu,
direntangkannya kedua kaki Handayani hingga selangkangannya
agak sedikit terbuka, dan setelah itu
dilumatnya kemaluan Handayani
dengan bibir Frans. Dengan rakus bibir dan lidah Frans
mengulum, menjilat-jilat lubang vagina
Handayani. Badan Handayani pun
menggeliat-geliat kerenanya, matanya
terpejam, keringat mulai banjir
membasahi baju seragam Polwannya, dan rintihan-rintihannya pun mulai
keluar dari bibirnya akibat ganasnya
serangan bibir Frans di kemaluannya,
Iihh.. iihh.. hhmmh..” Tidak tahan melihat itu, Joni dan
seorang yang bernama Fredi yang
berdiri di samping langsung meremas-
meremas payudara Handayani yang
masih terbungkus seragam itu. Bripda
Handayani sesekali nampak berusaha meronta, namun hal itu semakin
meningkatkan nafsu Frans. Jari-jari
Frans juga meraba secara liar daerah
liang kemaluan yang telah banjir oleh
cairan kewanitaannya dan air liur
Frans. Jari telunjuknya mengorek dan berputar-putar dengan lincah dan
sekali-sekali mencoba menusuk-nusuk. Aakkh.. Ooughh…” Bripda Handayani
semakin keras mengerang-ngerang. Setelah puas dengan selangkangan
Handayani, kini Frans bergeser ke atas
ke arah wajah Handayani. Dan kini
giliran bibir merah Handayani yang
dilumat oleh bibir Frans. Sama ketika
melumat kemaluan Handayani, kini bibir Handayani pun dilumat dengan
rakusnya, dicium, dikulum dan
memainkan lidahnya di dalam rongga
mulut Handayani. Hmmph.. mmph.. hhmmp..” Handayani
hanya dapat memejamkan mata dan
mendesah-desah karena mulutnya
terus diserbu oleh bibir Frans. Bunyi decakan dan kecupan semakin
keras terdengar, air liur mereka pun
meleleh menetes-netes. Sesekali Frans
menjilat-jilat dan menghisap-hisap leher
jenjang Handayani. It?s showtime..!” teriak Frans yang
disambut oleh kegembiraan teman-
temannya. Kini Frans yang telah puas berciuman
berdiri di hadapan Bripda Handayani
yang napasnya terengah-engah akibat
gempuran Frans tadi, matanya masih
terpejam dan kepalanya menoleh ke
kiri seolah membuang wajah dari pandangan Frans. Frans pun
membuka celana jeans lusuhnya
hingga akhirnya telanjang bulat.
Kemaluannya yang berukuran besar
telah berdiri tegak mengacung siap
menelan mangsa. Kini Frans meluruskan posisi tubuh
Handayani dan merentangkan kembali
kedua kakinya hingga
selangkangannya terkuak sedikit
kemudian mengangkat kedua kaki itu
serta menekuk hingga bagian paha kedua kaki itu menempel di dada
Handayani. Hingga kemaluan
Handayani yang berwarna kemerahan
itu kini menganga seolah siap
menerima serangan. Tangis Handayani
semakin keras, badannya terasa gemetaran, dia tahu akan apa-apa
yang segera terjadi pada dirinya. Frans pun mulai menindih tubuh
Handayani, tangan kanannya
menahan kaki Handayani, sementara
tangan kirinya memegangi batang
kemaluannya membimbing
mengarahkan ke lubang vagina Handayani yang telah menganga. Ouuhh.. aah.. ampuunn.. Mass..!” rintih
Handayani. Badan Handayani menegang keras saat
dirasakan olehnya sebuah benda keras
dan tumpul berusaha melesak masuk
ke dalam lubang vaginanya. Aaakkh..!” Handayani mejerit keras,
matanya mendelik, badannya
mengejang keras saat Frans dengan
kasarnya menghujamkan batang
kemaluannya ke dalam lubang vagina
Handayani dan melesakkan secara perlahan ke dalam lubang vagina
Handayani yang masih kencang dan
rapat itu. Keringat pun kembali membasahi
seragam Polwan yang masih
dikenakannya itu. Badannya semakin
menegang dan mengejan keras disertai
lolongan ketika kemaluan Frans
berhasil menembus selaput dara yang menjadi kehormatan para gadis itu. Setelah berhasil menanamkan seluruh
batang kemaluannya di dalam lubang
vagina Handayani, Frans mulai
menggenjotnya mulai dengan irama
perlahan-lahan hingga cepat. Darah
segar pun mulai mengalir dari sela-sela kemaluan Handayani yang sedang
disusupi kemaluan Frans itu. Dengan
irama cepat Frans mulai menggenjot
tubuh Handayani, rintihan Handayani
pun semakin teratur dan berirama
mengikuti irama gerakan Frans. Ooh.. oh.. oohh..!” badannya
terguncang-guncang keras dan
terbanting-banting akibat kerasnya
genjotan Frans yang semakin
bernafsu. Setelah beberapa menit kemudian
badan Frans menegang, kedua
tangannya semakin erat mencengkram
kepala Handayani, dan akhirnya
disertai erangan kenikmatan Frans
berejakulasi di rahim Bripda Handayani. Sperma yang
dikeluarkannya cukup banyak hingga
meluber keluar. Bripda Handayani
hanya dapat pasrah menatap wajah
Frans dengan panik dan kembali
memejamkan mata disaat Frans bergidik untuk menyemburkan sisa
spermanya sebelum akhirnya terkulai
lemas di atas tubuh Handayani. Tangis Handayani pun kembali
merebak, ia nampak sangat shock.
Badan Frans yang terkulai di atas
tubuh Handayani pun terguncang-
guncang jadinya karena isakan
tangisan dari Handayani. Gimana rasanya Sayang..? Nikmat
kan..?” ujar Frans sambil membelai-belai
rambut Handayani. Beberapa saat lamanya Frans
menikmati kecantikan wajah
Handayani sambil membelai-belai
rambut dan wajah Handayani yang
masih merintih-rintih dan menangis itu,
sementara kemaluannya masih tertancap di dalam lubang vagina
Handayani. Makanya jangan main-main sama gue
lagi ya Sayang..!” sambung Frans sambil
bangkit dan mencabut kemaluannya
dari vagina Handayani. Ayo siapa yang mau maju, sekarang
gil…” ujar Frans kapada teman-temannya. Belum lagi Frans selesai bicara, Fredi
sedari tadi di sampingnya sudah
langsung mengambil posisi di depan
Handayani yang masih lemas terkulai di
kursi sofa. Beberapa orang yang
tadinya maju kini mereka mundur lagi, karena memang Fredi adalah orang
kedua dalam geng ini. Fredi yang berumur 38 tahun dan
berperawakan sedang ini segera
melepaskan celana jeans kumalnya,
dan kemudian naik ke atas sofa serta
berlutut tepat di atas dada Handayani.
Kemaluannya yang telah membesar dan tidak kalah gaharnya dengan
kemaluan Frans kini tepat mengarah di
depan wajah Handayani. Handayani
pun kembali membuang wajah sambil
memejamkan matanya. Fredi mulai
memaksa Handayani untuk mengoral batang kejantanannya. Tangannya
yang keras segera meraih kepala
Handayani dan menghadapkan
wajahnya ke depan kemaluannya. Setelah itu kemudian Fredi
memaksakan batang kejantanannya
masuk ke dalam mulut Handayani
hingga masuk sampai pangkal penis
dan sepasang buah zakar
bergelantungan di depan bibir Handayani, yang kelagapan karena
mulutnya kini disumpal oleh kemaluan
Fredi yang besar itu. Fredi mulai
mengocokkan batang penisnya di
dalam mulut Handayani yang megap-
megap karena kekurangan oksigen. Dipompanya kemaluannya keluar
masuk dangan cepat hingga buah
zakarnya memukul-mukul dagu
Handayani. Bunyi berkecipak karena gesekan bibir
Handayani dan batang penis yang
sedang dikulumnya tidak dapat
dihindarkan lagi. Hal ini membuat Fredi
yang sedang mengerjainya makin
bernafsu dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada
di depan wajah Handayani. Batang
penisnya juga semakin cepat keluar
masuk di mulut Handayani, dan
sesekali membuat Handayani tersedak
dan ingin muntah. Lima menit lamanya batang penis Fredi
sudah dikulumnya dan membuat
Handayani makin lemas dan pucat.
Akhirnya tubuh Fredi pun mengejan
keras dan Fredi menumpahkan
spermanya di rongga mulut Handayani. Hal ini membuat Handayani
tersetak dan kaget, ingin
memuntahkannya keluar namun
pegangan tangan Fredi di kepalanya
sangat keras sekali, sehingga dengan
terpaksa Handayani menelan sebagian besar sperma itu. Aaah..,” Fredi pun mendesah lega
sambil merebahkan badannya ke
samping tubuh Handayani. Segera Handayani meludah dan
mencoba memuntahkan sperma dari
rongga mulutnya yang nampak
dipenuhi oleh cairan lendir putih itu.
Belum lagi menumpahkan semuanya,
tiba-tiba badannya sudah ditindih oleh Yonas yang dari tadi juga berada di
samping. Ouuh..,” Handayani mendesah akibat
ditimpa oleh tubuh Yonas yang
ternyata telah telanjang bulat itu. Kini dengan kasarnya Yonas melucuti
baju seragam Polwan yang masih
dikenakan Handayani itu. Tetapi
karena kedua tangan Handayani masih
diikat ke belakang, maka yang terbuka
hanya bagian dadanya saja. Setelah itu dengan kasarnya Yonas
menarik BH yang dikenakan
Handayani dan menyembullah kedua
buah payudara indah milik Handayani
itu. Pemandangan itu segera saja
mengundang decak kagum dari para lelaki itu. Aah.. udah Mass.. ampuunn..!” dengan
suara yang lemah dan lirih Handayani
mencoba untuk meminta belas kasihan
dari para pemerkosanya. Rupanya hal ini tidak membuahkan
hasil sama sekali, terbukti Yonas
dengan rakusnya langsung melahap
kedua bukit kembar payudara
Handayani yang montok itu. Diremas-
remas, dikulum dan dihisap-hisapnya kedua payudara indah itu hingga
warnanya berubah menjadi kemerah-
merahan dan mulai membengkak. Setelah puas mengerjai bagian
payudara itu, kini Yonas mulai akan
menyetubuhi Handayani. Aaakkhh…” kembali terdengar rintihan
Handayani dimana pada saat itu Yonas
telah berhasil menanamkan
kemaluannya di dalam vagina
Handayani. Mata Handayani kembali terbelalak,
tubuhnya kembali menegang dan
mengeras merasakan lubang
kemaluannya kembali disumpal oleh
batang kejantanan lelaki
pemerkosanya. Tanpa membuang waktu lagi, Yonas
langsung menggenjot memompakan
kemaluannya di dalam kemaluan
Handayani. Kembali Handayani hanya
dapat merintih-rintih seiring dengan
irama gerakan persetubuhan itu. Aaahh.. aahh.. oohh.. ahh.. ohh..!” Selang beberapa menit kemudian
Yonas pun akhirnya berejakulasi di
rahim Handayani. Yonas pun juga
tumbang menyusul Frans dan Fredi
setelah merasakan kenikmatan
berejakulasi di rahim Handayani. Kini giliran seseorang yang juga tidak kalah
berwajah garang, seseorang yang
bernama Martinus, badannya tegap
dan besar serta berotot, kepalanya
plontos, kulitnya gelap, penampilannya
khas dari daerah timur Indonesia. Usianya sekitar 35 tahun. Nampak Martinus yang agak santai
mulai mencopot bajunya satu persatu
hingga telanjang bulat, kemaluannya
yang belum disunat itu pun sudah
mengacung besar sekali. Handayani
yang masih kepayahan hanya dapat menatap dengan wajah yang sendu,
seolah airmatanya telah habis terkuras.
Kini hanya tinggal senggukan-sengg
ukan kecil yang keluar dari mulutnya,
nafasnya masih terengah-engah gara-
gara digenjot oleh Yonas tadi. Setelah itu dia mendekati Handayani
dan menarik tubuhnya dari sofa
sampai terjatuh ke lantai. Cengkraman
tangannya kuat sekali. Kini dia
membalikkan tubuh Handayani hingga
telungkup, setelah itu kedua tangan kekarnya memegang pinggul
Handayani dan menariknya hingga
posisi Handayani kini menungging.
Jantung Handayani pun berdebar-
debar menanti akan apa yang akan
terjadi pada dirinya. Dan, “Aakkhh.. ja.. jangan di situu..,
ough..!” tiba-tiba Handayani menjerit
keras, matanya terbelalak dan
badannya kembali menegang keras. Ternyata Martinus berusaha
menanamkan batang kejantanannya di
lubang anus Handayani. Martinus
dengan santainya mencoba
melesakkan kejantanannya perlahan-
lahan ke dalam lubang anus Handayani. Aaakh.. aahh.. sakit.. ahh..!” Handayani
meraung-raung kesakitan, badannya
semakin mengejang. Dan akhirnya Martinus bernapas lega
disaat seluruh kemaluannya berhasil
tertanam di lubang anus Handayani.
Kini mulailah dia menyodomi
Handayani dengan kedua tangan
memeganggi pinggul Handayani. Dia mulai memaju-mundurkan
kemaluannya mulai dari irama pelan
kemudian kencang sehingga membuat
tubuh Handayani tersodok-sodok
dengan kencangnya. Aahh.. aahh.. aah.. oohh.. sudah…
oohh.. ampun.. saakiit.. ooh..!”
begitulah rintihan Handayani sampai
akhirnya Martinus berejakulasi dan
menyemburkan spermanya ke dalam
lubang dubur Handayani yang juga telah mengalami pendarahan itu. Akan tetapi belum lagi habis sperma
yang dikeluarkan oleh Martinus di
lubang dubur Handayani, dengan
gerakan cepat Martinus membalikkan
tubuh Handayani yang masih
mengejan kesakitan hingga telentang. Martinus rupanya belum merasakan
kepuasan, dan dia tanamkan lagi
kejantannya ke dalam lubang vagina
Handayani. Oouuff.., aahh..!” Handayani kembali
merintih saat kemaluan Martinus
menusuk dengan keras lubang
vaginanya. Langsung Martinus kembali
menggenjot tubuh lemah itu dengan
keras dan kasar sampai-sampai
membanting-banting tubuh Handayani
membentur-bentur lantai. Ouh.. oohh.. ohh..!” Handayani
merintih-rintih dengan mata terpejam. Dan akhirnya beberapa menit
kemudian Martinus berejakulasi
kembali, yang kali ini di rongga vagina
Handayani. Begitu tubuh Martinus
ambruk, kini giliran seseorang lagi
yang telah antri di belakang untuk menikmati tubuh Polwan yang malang
ini. Giliran gua. Gue dendam sama yang
namanya polisi..!” ujar Jack. Jack, begitulah orang ini sering
dipangil, dia adalah residivis keluaran
baru yang baru berusia 18 tahun,
namun tidaklah kalah sangar dengan
Frans atau yang lainnya yang telah
berusia 30 sampai 40-an tahun itu. Kejahatannya juga tidak kalah seram,
terakhir dia sendirian merampok
seorang mahasisiwi yang baru pulang
kuliah malam dan kemudian
memperkosanya. Jack memungut topi pet Polwan milik
Handayani dan mengenakan ke kepala
Handayani yang kini seluruh tubuh
lemasnya mulai gemetaran akibat
menahan rasa sakit dan pedih di
selangkangannya itu. Setelah itu tanpa ragu-ragu Jack memasukkan penisnya
langsung menembus vagina
Handayani, namun Handayani hanya
merintih kecil karena terlalu banyak
rasa sakit yang dideritanya. Dan kini
seolah semua rasa sakit itu hilang. Beberapa menit lamanya Jack
memompa tubuh Handayani yang
lemah itu. Badan Handayani hanya
tersentak-sentak lemah seperti
seonggokan daging tanpa tulang.
Akhirnya kembali rahim Handayani yang nampak kepayahan itu dibanjiri
lagi oleh sperma. Setelah Jack sebagai
orang kelima yang memperkosa
Handayani tadi, kini empat orang yang
lainnya mulai mendekat. Mereka adalah anggota muda dari
geng ini, usia mereka juga masih
muda. Ada yang baru berusia 15 tahun
dan ada pula yang berusia 17 tahun.
Namun penampilan mereka tidak kalah
seram dengan para seniornya, aksi mereka berempat beberapa hari yang
lalu adalah memperkosa seorang gadis
cantik berusia 15 tahun, siswi SMU
yang baru pulang sekolah. Gadis
cantik yang juga berprofesi sebagai
foto model pada sebuah majalah remaja itu mereka culik dan mereka
gilir ramai-ramai di sebuah rumah
kosong sampai pingsan. Tidak lupa
setelah mereka puas, mereka pun
menjarah dompet, HP, jam tangan
serta kalung milik sang gadis malang tadi. Rata-rata dari mereka yang dari tadi
hanya menjadi penonton sudah tidak
dapat menahan nafsu, dan mulailah
mereka menyetubuhi Handayani satu
persatu. Dibuatnya tubuh Polwan itu
menjadi mainan mereka. Orang keenam yang menyetubuhi Handayani
berejakulasi di rahim Handayani.
Namun pada saat orang ke tujuh yang
memilih untuk menyodomi Handayani,
tiba-tiba Handayani yang telah
kepayahan tadi pingsan. Setelah orang ketujuh tadi berejakulasi
di lubang dubur Handayani, kini orang
ke delapan dan ke sembilan berpesta di
tubuh Handayani yang telah pingsan
itu, mereka masing-masing
menyemprotkan sperma mereka di rahim dan wajah Handayani serta ada
juga yang berejakulasi di mulut
Handayani. Setelah keempat orang tadi puas,
rupanya penderitan Handayani
belumlah usai. Frans dan Martinus
kembali bangkit dan mereka satu
persatu kembali meyetubuhi tubuh
Handayani dan sperma mereka berdua kembali tumpah di rahimnya. Kini
semuanya telah menikmati tubuh
Bripda Handayani sang Polwan yang
cantik itu. Tidak terasa waktu telah menunjukkan
pukul 4 pagi, para anggota muda itu
diperintah Frans untuk melepas tali
yang dari tadi mengikat tangan
Handayani. Kemudian mereka disuruh
mengenakan dan merapikan seluruh seragam Polwan ke tubuh Handayani,
hingga akhirnya Handayani komplit
kembali mengenakan seragam
Polwannya walau dalam keadaan
pingsan. Setelah itu Frans, Martinus dan Yonas
menggotong tubuh Handayani ke
mobil Kijang. Mereka bertiga membawa
tubuh Handayani kembali ke
tempatnya diambil tadi malam. Namun
selama dalam perjalanan, tiba-tiba nafsu Yonas kembali bangkit, dia pun
mengambil kesempatan terakhir ini
untuk kembali memperkosa tubuh
Handayani sebanyak dua kali. Dia
akhirnya berejakulasi di mulut dan di
rahim Handayani beberapa meter sebelum sampai pada tujuan. Frans
dan Martinus yang duduk di depan
hanya dapat memaklumi, karena nafsu
sex Yonas memang besar sekali. Setelah baju seragam Polwan
Handayani dirapikan kembali, tubuh
lunglai Bripda Handayani dicampakkan
begitu saja di pinggir jalan yang sepi di
tempat dimana Handayani tadi diciduk.
Tanpa diketahui oleh Frans dan Martinus, Yonas diam-diam rupanya
menyimpan celana dalam berwarna
putih milik Handayani, dan
menjadikannya sebagai kenang-
kenangan. Setelah itu mereka pun meluncur ke
rumah kosong tadi untuk menjemput
kawanan geng mereka yang masih
berada di sana. Kemudian mereka
bersembilan langsung meluncur
menuju ke pelabuhan guna menumpang sebuah kapal barang
untuk melakukan perjalanan jauh.
Mereka pun berharap pada saat
sepasukan polisi mulai melacak
keberadaan mereka, mereka sudah
tenang dalam pelayaran menuju ke suatu pulau di wilayah timur Indonesia.