Sabtu, 30 Maret 2013

Cerita Putri Cermin Cina.

Pernahkah mendengar kisah
Puteri Cermin Cina? Mungkin
tak asing lagi bagi masyarakat
Desa Senaning, Lubuk Ruso, dan
Selat yang terletak di Kecamatan
Pemayung, Batanghari. Legenda ini sangat lekat dengan tiga desa
yang berbatasan dengan
Kabupaten Muarojambi itu.
Bagaimana kisah Legenda Puteri
Cermin Cina tersebut?
Dahulu di daerah Jambi ada sebuah negeri yang diperintah
oleh seorang Raja yang bernama
Sutan Mambang Matahari. Sutan
mempunyai seorang anak laki-
laki bernama Tuan Muda Selat
dan seorang anak perempuan bernama Putri cermin Cina. Tuan
Muda Selat adalah seorang
pemuda yang berwajah tampan
tapi sifatnya sedikit ceroboh.
Sedangkan Putri Cermin Cina
adakah seorang putri yang cantik jelita, baik hati, dan lemah
lembut.serta penyabar.
Menelusuri Legenda Puteri
Cermin Cina dari
Batanghari,Pepohonan masih
rimbun di kanan-kiri jalan. Tak terlalu banyak rumah yang
menggerombol ditepi Sungai
Batanghari. Setiap ruas jalan
masih tampak ranjau-ranjau
kotoran sapi, ternak warga yang
dibiarkan lepas. Itulah Desa Senaning. Sebuah desa yang
terletak di antara Desa Kuap dan
Desa Lubuk Ruso, Kecamatan
Pemayung, Batanghari.
Desa Kubu Kandang dan Desa
Kuap sebelum memasuki Desa Senaning. Tibalah di rumah
seorang mantan kepala Desa
Senaning yang bernama Munzir
(56). Setelah terlibat perbincangan
ringan, Jambi Independent
menanyakan tentang kisah Putri Cermin Cina yang tersohor dan
menjadi cerita rakyat khas
Jambi, selain cerita rakyat
lainnya. Munzir lalu bercerita
bahwa
memang kisah itu ada sejak dulu. “Lah zaman bengen (dulu) cerita
tu ado, nenek sayo yang cerito,”
tuturnya. Ia menjelaskan bahwa
cerita itu diperoleh dari neneknya
yang bernama Rahina yang
sangat pintar mendongeng. Nenek Rahina meninggal sekitar tahun
1976 ketika usianya 125 tahun.
Munzir berkisah bahwa zaman
dulu, Bujang Senaning sedang
bermain gasing bersama Bujang
Selat. Ketika itu Puteri Cermin Cina sedang menenun di dalam
rumah. Rumah zaman dahulu
masih berbentuk rumah
panggung. Saat Bujang Senaning
melepaskan tali gasing, gasing
yang memiliki bentuk runcing itu melanting ke atas kening Puteri
Cermin Cina dan seketika itu
juga ia meninggal dunia.
Mengetahui kematian kekasihnya
itu, Bujang Senaning kemudian
menerkam tombak yang ada di hadapannya. Ia mati bunuh diri
dan Bujang Selat kemudian pergi
meninggalkan kedua mayat itu
dengan tujuan tak tentu. Ia pergi
bersama warga dengan perahu
dan menambatkan perahu itu di sebuah daratan dan pergi seorang
diri, tak tentu rimbanya. Sejak
itu, warga yang jadi pengikut
Bujang Selat menamakan daerah
tempat mereka ditinggalkan
dengan nama Selat. “Pulau Selat itu perahunyo si
Bujang Selat, samo seperti Pulau
Senaning itu, dulunyo perahunyo
si Bujang Senaning. Daratan yang
ado kayu-kayunyo itu,” tambah
Munzir, ketika menunjukkan Pulau Senaning yang tak jauh
dari rumahnya.
Sekilas cerita Munzir dengan
cerita para blogger di internet ada
yang berbeda dari segi penamaan
tokohnya, namun inti ceritanya sama; dua orang pemuda yang
bermain gasing. Dan gasing itu
mengenai Putri Cermin Cina
hingga meninggal. Semisal dibuku
maupun di internet memakai
nama Bujang Senaning dan Bujang Selat. Muda Senaning dan
Tuan Muda Selat.
Muzir menunjukkan letak
makam Bujang Senaning yang mati
bunuh diri ketika melihat
Puteri Cermin Cina meninggal karena gasingnya. Makam itu tak
berbentuk lagi, berupa semak tak
terawat. “Itu makamnyo, nampak
pohon puding, tando ado makam,”
jelas Munzir.
Yang menarik dari perkataan Munzir soal asal-usul Desa
Senaning ini adalah kisah lain dari
kata Senaning. Ia berkata bahwa
dahulu ada serombongan yang
berasal dari Tebo datang, saat
akan membuka lahan, salah seorang dari mereka digigit naning
(lebah berwarna kekuningan) dan
mati. Dari kata naning itulah
nama senaning muncul dan dipakai
hingga saat ini. Pada suatu sore
yang cerah, datang saudagar muda ke daerah
itu, saudagar muda itu bernama
Tuan Muda Senaning. Mula-
mula tujuan Tuan Muda
Senaning hanya untuk berdagang,
namun saat penjamuan makan Tuan Muda Senaning bertamu
dengan Putri Cermin Cina.
seketika itu Tuan Muda Senaning
jatuh hati pada Putri Cermin
Cina. Demikian pula, diam-diam Putri
Cermin Cina juga menaruh hati pada Tuan Muda Senaning.
Putri Cermin Cina menyarankan
untuk Tuan Muda Senaning
datang kepada ayahandanya
Sutan Mambang Matahari untuk
melamarnya. Tidak lama kemudian tuan Muda
Senaning datang mengahadap
Sutan Mambang Matahari untuk
melamar Putri Cermin Cina.
Sutan Mambang Matahari dengan
senang hati menerima lamaran Tuan Muda Senaning karena
memang Tuan Muda Senaning
mempunyai perangai yang baik
dan sopan. Tapi Sutan Mambang
Matahari terpaksa menunda
pernikahan Tuan Muda Senaning dengan Putri Cermin Cina selama
tiga bulan karena Sutan harus
berlayar untuk mencari bekal
pesta pernikahan putrinya.
Sebelum berangkat berlayar,
Sutan Mambang Matahari berpesan pada Tuan Muda Selat
untuk menjaga adiknya dengan
baik. Pada suatu hari, selepas
keberangkatan Sutan Mambang
Matahari, TuanMuda Senaning
dan Tuan Muda Selat asyik bermain gasing di halaman istana.
Mereka tertawa tergelak-gelak
makin lama makin asyik sehingga
orang yang memdengarpun turut
tertawa senang. Hal itu mebuat
Putri Cermin Cina penasaran dan ingin melihat keasyikan
kakaknya dan calon suaminya, ia
melihat dari jendela. Kehadiran
Putri Cermin Cina terlihat oleh
dua orang itu, sambil menoleh
kearah jendela, Tuan Muda Senaning melepas tali gasingnya.
Gasing Tuan Muda Senaning
mengenai gasing Tuan Muda
Selat. Karena berbenturan keras
sama keras, gasing Tuan Muda
Selat melayang dan terpelanting tinggi. Gasing itu terpelanting
kearah
Putri Cermin Cina yang melihat
dari jendela. Gasing itu berputar
diatas kening Putri Cermin Cina.
Putri Cermin Cina menjerit kesakitan. Kening Putri Cermin Cina
berlumuran darah, ia jatuh
ke lantai tak sadarkan diri.
semua orang panik dan berusaha
menolong Putri Cermin Cina.
Namun takdir berkata lain, Putri yang cantik jelita itu akhirnya
menghembuskan nafas yang
terakhir. Tuan Muda Senaning
sangat
merasa bersalah atas kematian
Putri Cermin Cina, dia menjadi putus asa dan gelap mata. Dia
melihat dua tombak bersilang di
dinding, dengan cepat tombak itu
di tarik dan di tancapkan ke tanah
dengan posisi mata tombak
mencuat ke atas. Kemudian Tuan Muda Senaning melompat kearah
mata tombak dan seketika itu
mata tombak menembus perutnya
hingga punggungnya. Tuan Muda
Senaning meninggal untuk
menyusul Putri Cermin Cina. Semua warga membantu
mengurus dua jenazah orang
yang saling jatuh cinta itu. Tuan
MudaSelat begitu kalut dan
bingung. Ayahandanya pasti
marah besar apabila mengethui keadin itu. kedua jenazah itu
akhirnya dikuburkan. Jenazah
putri Cermin Cina dikubur di tepi
sungi, Sedangkan jenazah Tuan
Muda Senaning dibawa anak
buahnya ke kapal, dan kapal itu berlayar ke seberang. Jenazah
Tuan Muda Senaning dikuburkan
di tempat itu diberi nama dusun
Senaning. Tuan Muda Selat juga
merasa
bersalah atas kematian adik tercintanya, dia terus
menyalahkan dirinya karena
gasingnya, Putri Cermin Cina
meninggal dunia. Akhirnya Tuan
Muda Selat pergi meninggalkan
negerinya bersama orang-orang kampung. Orang-orang yang ikut
dengannya ditinggal di suatu
tempat dan tempat itu di sebut
Kampung Selat. Namun Tuan Muda
Selat pergi tanpa memiliki
tujuan yang jelas. Tidak lama kemudian Sutan
Mambang Matahari tiba di
kampungnya. Sutan bingung
karena kampungnya begitu sepi,
dia menuju istanan namun hanya
tersisa beberapa orang yang menjaga istana beberapa orang
yang menjaga istana. Setelah
Sutan tahu tentang kejadian
sebenarnya, Sutan Mambang
Matahari merasa sedih,
kemudian ia beserta pengikutnya pergi meninggalkan kampungnya,
mereka pergi ke dusun seberang
dan mendirikan kampung disana.
Kampung itu terletak diantara
kubur Tuan Muda Senaning, dan
kapal Tuan Muda Selat. Kampung itu bernama Dusun
Tengah Lubuk Ruso. Legenda cerita
ini oleh rakyat
Jambi dianggap benar-benar
terjadi karena ada hubungannya
dengan nama-nama kampung di Kabupaten Batanghari, Jambi.
Tema dari cerita rakyat diatas
adalah kehidupan muda-mudi
yang saling mencintai hingga
akhir hayat mereka. Tokoh yang
terdapat pada cerita rakyat ini adalah Putri Cermin Cina, Tuan
Muda Senaning, Tuan Muda
Selat, Sutan Mambang Matahari,
pengikut Tuan muda Senaning,
dan orang-orang kampung. Putri
Cermin Cina mempunyai watak baik hati dan lemah lembut, tuan
Muda Senaning Berwatak sopan
dan baik, Tuan Muda Selat
berwatak agak ceroboh dan
hormat pada ornag tuanya, Sutan
Mambang Matahari berwatak bijaksana, baik hati dan sangat
menyayangi kedua anaknya,
sedangkan pengikut Tuan Muda
Senaning berwatak setia pada
Tuannya dan orang kampung
berwatak setia menemani Tuannya, membantu sabisa
mungkin. Cerita rakyat yang
berjudul
Putri Cermin Cina ini
menggunakan alur maju karena
disepanjang cerita dari awal hingga akhir berjalan secara urut
dan teratur. Dan juga
menggunakan alur tertutup
karena akhir cerita telah
diketahui bahwa Putri Cermin
Cina meninggal dunia kemudian Tuan Muda Senaning juga ikut
bunuh diri karena tidak bisa hidup
tanpa Putri Cermin Cina, Tuan
Muda Selat pergi meninggalkan
kampungnya, dan Sutan
Mambang Matahari juga pergi meninggalkan kampungnya
karena merasa sedih atas
kematian Putrinya dan atas
semua yang telah terjadi. latar
cerita yang terdapat dalam
cerita rakyat ini adalah setting waktu disaat Tuan Muda
Senaning tiba di kampung Putri
Cermin Cina, saat jamuan
makan, saat Tuan Muda Senaning
melamar Putri Cermin
Cina, saat bermain gasing. Sedangkan setting tempatnya
adalah di negeri yang yang di
pimpin Sutan Mambang
Matahari, di halaman istana, di
kapal pelayaran, di tepi sungai
tempat makam Putri Cermin Cina, Kampung Selat, Dusun
Senaning, Dusun Tengah Lubuk
Ruso. Setting suansana yang
terdapat dalam cerita rakyat ini
adalah suasana gembira dan
bahagia saat lamaran Tuan Muda Senaning diterima oleh
Sutan Mambang Matahari, saat
Tuan Muda Senaning dan Tuan
Muda Selat bermain gasing
bersama, suasana sedih dan haru
saat kematian Putri Cermin Cina dan Tuan Muda Senaning. Sudut
pandang yang digunakan
adalah pencerita serba hadir
karena di dalam cerita
menggunakan kata ganti “ia atau
dia” dan juga dengan menyebutkan nama tokohnya.
dalam cerita ini terdapat beberapa
majas, yaitu majas metafora
dalam kata-kata “ jatuh hati,
menaruh hati, dan gelap mata”
juga ada majas personifikasi dalam kata “ takdir berkata lain”.
Amanat yang terkandung dalam
cerita rakyat ini adalah apabila
melakukan sesuatu jangan
ceroboh karena sedikit
kecerobohan akan dapat menimbulkan akibat yang fatal,
saat mendapat musibah harus di
terima dengan ikhlas karena itu
kehendak Yang Kuasa, jangan
menghadapi sesuatu dengan gelap
mata, semua harus dipikiran dengan matang dan pikiran yang
tenang, dan juga jangan melepas
tanggung jawab yang telah di
bebankan pada kita.
SUMBER : jambi independent
and melayuonline Herman Yulis Anton Lingga Al Aziz