Sabtu, 30 Maret 2013

Cerita A_B_G

ini bisa menjadi pelajaran bagi
gadis -
gadis remaja "ABG" yang masih
beranjak dewasa , agar bisa lebih
berhati hati menjaga diri jangan
sampai akan terulang kejadian Kehilangan Perawan seperti yang
dituangkan dalam artikel Cerita
Dewasa, Kehilangan Perawan
Semasa ABG . Cerita : Ketika itu
tiga hari setelah ulang tahun saya
yang ke-18 tahun. Saya dengan kekasih
saya yang kala itu juga seorang
perjaka, merencanakan sebuah
malam yang romantis dan spesial
untuk melakukan sebuah
perayaan. Kami saling mencintai dan selalu dimabuk cinta.
Awalnya saya berpikir mana
mungkin saya kehilangan
keperawanan saya, karena saya
tahu persis meletakkannya.
Dengan kata lain saya tahu apa yang saya lakukan. Semuanya
berjalan sempurna,
dia kekasih yang ideal, sabar,
tampan, penyayang, romantis
dan seorang yang pintar. Saya
mau menyerahkan apa saja untuknya, termasuk keperawanan
saya karena saya
yakin tidak akan punya lagi
kekasih seperti dia dan saya
sangat percaya dia akan menjadi
suami saya. Tempat tidur saya menjadi saksi
dan saya telah merasa cukup
dewasa untuk memakai alat
kontrasepsi. Saya mengingat
semua fantasi dan kenikmatan
yang pernah saya bayangkan. Dan pastinya setelah melakukan
intercourse ini saya akan lebih
merasa bahagia, puas dan lebih
utuh menjadi seorang wanita.
Seiring dengan waktu, terjadilah
malam yang telah lama saya impikan itu. Saya tidak berkata
bahwa
semuanya akan mengalami
seperti apa yang saya alami ini.
Namun yang sangat membekas di
hati saya, film-film dan drama- drama televisi tidak cukup
bijaksana memberikan gambaran
yang akurat tentang kesulitan
dan gambaran realita yang
mungkin dihadapi jika kita
kehilangan keperawanan. Apa yang terjadi? Ternyata
itulah kebohongan terbesar yang
pernah saya alami! Permasalahan
yang paling saya
rasakan yakni sangat tidak siap
menghadapi perasaan kehilangan setelah saya melakukannya.
Seiring dengan perasan itu saya
seakan telah memasuki suatu
babak baru dalam kehidupan ini
yang benar-benar baru dan
membutuhan kematangan bagi seorang wanita. Inilah kebenaran
yang saya
rasakan, ketidaknyamanan,
kebingungan, dan kesakitan.
Terus terang saya tidak
mengalami orgasme pada saat itu. Tadinya saya berpikir, dengan
memiliki kekasih yang sangat
mencintai saya maka saya tidak
akan merasakan kehilangan ini.
Akhirnya dengan sangat hati-hati
saya menjaga rahasia ini. Saya bicarakan pada kekasih saya
betapa saya menyesal telah
melakukannya dan betapa saya
tetap mencintainya. Sedang kala
itu saya hanya
seorang gadis ABG berusia 18 tahun. Saya sangat menyesal
telah memberikan sesuatu yang
tak akan mungkin akan saya
peroleh lagi seumur hidup saya,
sebelum waktunya. Walaupun ia
tetap mencintai saya walaupun apa yang terjadi,
begitu sumpahnya pada saya
kala itu, ia memang tetap
menemani saya dengan cinta dan
sayangnya. Sampai akhirnya ketika
umur saya twenty tahun kami berpisah karena beda
prinsip. Bisa dibayangkan betapa
hancur
hati saya. Tidak pernah ada di
benak saya kalau ia akan
berpisah dan tidak menjadi suami saya, tapi memang begitu
kenyataannya. Kini, saya 28 tahun
dan kenangan itu sulit
lepas dari ingatan saya. Saya
belum menikah karena takut
suami saya tahu saya tidak virgin lagi. Saya menulis ini agar
tidak ada wanita lain yang dengan
bodohnya mengutamakan
kenikamatan itu tapi melupakan
konsekwensinya. Sudahlah cukup
saya dan wanita-wanita lain yang merasakannya, jangan ada
lagi!